Mesothelioma is a form of cancer which occurs in thin membranes (called the mesothelium) lining the chest, lungs, abdomen and sometimes the heart. Although quite rare, mesothelioma symptoms strike more than 200 people each year in the United States. The majority of mesothelioma cases are directly linked to asbestos exposure.
Because of the long latency period of mesothelioma, the average age of patients is between 50 and 70 years. Mesothelioma affects men most due to the high exposure of asbestos in industrial typed jobs. Mesothelioma symptoms include respiratory problems, shortness of breath, continual cough and pneumonia. Other mesothelioma symptoms include weight loss, abdominal problems and swelling. In some mesothelioma patients, the mesothelioma symptoms are quite muted, making it hard for mesothelioma doctors to diagnose.
Mesothelioma doctors specialize in the study, research, and treatments of Mesothelioma cancers.
Mesothelioma (or the cancer of the mesothelium) is a disease in which cells become abnormal and replicate without control. During Mesothelioma, these cells will invade and damage tissues and organs. Mesothelioma cancer cells can spread throughout the body causing death.
Mesothelioma treatments and Mesothelioma clinical trials and tests
There are many mesothelioma treatment options available. Treatments include surgery, radiation therapy and chemotherapy and the mesothelioma treatment depends on the patient’s age, general health and stage of the cancer. There has been much mesothelioma research conducted throughout the past two years to find new treatment methods. Click here to read more about mesothelioma treatment techniques.
Through mesothelioma research, The National Cancer Institute has sponsored mesothelioma tests and clinical trials that are designed to find new treatment methods. Because of the increase in number of mesothelioma cases in the United States, both governments have increased funding for mesothelioma research. Mesothelioma research and clinical trials have been successful in developing new techniques to fight this cancer and the outlook for more advanced mesothelioma treatments is promising.
Surgery is the most common treatment method for malignant mesothelioma. Tissues and linings affected by mesothelioma are removed by the doctor and may include the lung or even diaphragm.
A second mesothelioma treatment method is radiation therapy through the use of high energy x-rays that kill the cancer cells. Radiation therapy can be outside or inside the body.
A third mesothelioma treatment method is chemotherapy. Through pills or drugs through needles, chemotherapy drugs are used to kill cancer cells.
A new mesothelioma treatment method is called intraoperative photodynamic therapy. In this treatment, light and drugs are used to kill cancer cells during surgery for early stages of mesothelioma in the chest. Although there are numerous treatments and drugs for mesothelioma, doctors are losing the battle against this deadly disease. Most mesothelioma treatments involve old techniques combined with different drug cocktails. However, in most cases, these mesothelioma treatments have many side effects including organ damage, nausea, increase in heart failure etc. The rush to find a more effective mesothelioma treatment or even cure is ongoing at numerous clinical labs across the nation. Let's hope that the mesothelioma treatments will one day erradicate mesothelioma cancer and asbestosis.
With an abundance of information on the Internet, Mesothelioma Cancer and Asbestos ([http://www.mesothelioma-cancer-and-asbestos.com]) has consolidated the most important issues surrounding Mesothelioma, Mesothelioma doctors and symptoms, Mesothelioma treatment, Mesothelioma research and tests.
At [http://www.mesothelioma-cancer-and-asbestos.com], the website contains useful resources on Mesothelioma lawyers and attorneys, as well as causes by asbestos exposure, asbestos removal, asbestos attorneys and lawsuits, and asbestos cancer. Patients stricken by Mesothelioma and their families require support and current information. Mesothelioma Online Resources hopes to educate and give hope to survivors and victims.
Mesothelioma is such a harsh disease. Not only does it take years for symptoms to appear, but there are limited treatements and drugs that will prolong the lives of workers stricken with mesothelioma. In many cases, the death rate of mesothelioma is unfortunately very high. However, with increased funding in mesothelioma research through the government and private grants, the outlook for a mesothelioma cure is quite possible. In the meantime, mesothelioma support groups and local discussions provide the ongoing support for mesothelioma patients.
Mesothelioma Cancer and Asbestos ([http://www.mesothelioma-cancer-and-asbestos.com])is your source for mesothelioma and asbestos information, treatments, clinical trials, attorneys, support groups and lawyers.
About the website: Michael Kenneth is a successful Internet Publisher and has researched and written on many topics for [http://www.mesothelioma-cancer-and-asbestos.com] - your complete source for mesothelioma information, mesothelioma attorneys and lawyers, mesothelioma treatments and research, asbestos exposure and removal, asbestos attorneys and legislation as well as asbestos cancer.
Maksud hati menolong suami
meningkatkan penghasilan, apa daya anak jadi korban. Dampak kerap
meninggalkan buah hatinya, Hilal Aljajira (6), Erna Sutika (32) saat ini
wajib menelan pil pahit.
Usus Hilal bocor dan membusuk hingga wajib dipotong. Rupanya tiap hari Hilal hanya menyantap mi instan sebab di rumah tidak ada orang yang memasakkan makanan untuknya. Berikut cerita Erna.
SILAHKAN BACA DAN JANGAN LUPA BANTU SEBARKAN AGAR ORANG LAIN TAHU!
Saat usia Hilal menginjak 2 tahun, aku memutuskan bekerja, menolong keuangan keluarga mengingat penghasilan suamiku, Saripudin (39), tidak lebih mencukupi keperluan keluarga
Aku bekerja di perusahaan pembuat bulu mata palsu, tidak jauh dari rumah kita di Garut. Setiap pergi kerja, Hilal kutitipkan terhadap ibuku. Di situ, ibuku kerap memberinya mi instan. Bukan salah ibuku, sih, sebab sebelumnya, aku juga suka memberinya makanan itu apabila sedang tidak masak.
Nyatanya, Hilal jadi “tergila-gila” makanan itu. Ia bakal mengamuk dan mogok makan apabila tidak diberi mi instan. Ya, daripada cucunya kelaparan, ibuku akhirnya hanya mengalah dan menuruti kemauan Hilal.
Lagi pula, kalau tidak diberi, Hilal tentu bakal membeli sendiri mi instan di warung dekat rumah dengan uang jajan yang kuberbagi. Praktis, sehari dua kali ia makan mi instan.
Dua kali dipotong
Kamis, 20 November 2008, Hilal mengeluh sakit perut. Kupikir sakit biasa. Anehnya, seusai tiga hari, sakitnya tidak kunjung hilang dan ditambah ia tidak bisa buang air besar. Gara-gara itulah perutnya membesar.
Khawatir, kubawa Hilal ke mantri dekat rumah. Sebab tetap tidak ada perubahan, kita kemudian membawanya ke RSU Dr Slamet, Garut. Nyatanya hasil pemeriksaan dokter lebih menyeramkan dari yang kuduga. Kupikir, lumayan dengan obat pencahar perut, sakit Hilal bisa segera sembuh. Rupanya tidak segampang itu.
Hasil tes darah dan rontgen menunjukan, Hilal wajib segera dioperasi sebab berbagai tahap di ususnya bocor dan membusuk
. Ketika kutanyakan apa penyebabnya, dokter menjawab, dampak dari kandungan makanan yang Hilal konsumsi selagi ini tidak sehat dan membikin ususnya rusak. Saat itulah kutahu Hilal terlalu tidak jarang menyantap mi instan. Astagfirullah….
Atas rujukan dokter, kita kemudian mengangkat Hilal ke RS Hasan Sadikin, Bandung, dengan argumen peralatan medis di RS itu lebih lengkap.
Sejak awal, tim dokter telah pesimistis dengan kondisi Hilal yang begitu memprihatinkan dengan berat badan yang tidak hingga 11 kg. Dokter juga bilang, dari puluhan permasalahan serupa, hanya tiga orang yang bersi kukuh nasib. Aku hanya bisa berserah pada Allah SWT.
Baru pada 25 November 2008 operasi diperbuat di RS Immanuel, Bandung. Saat itu aku sedang hamil tiga bulan. Dokter mengamputasi usus Hilal kurang lebih 10 cm.
Untuk menyatukan tahap usus yang terputus itu, dokter menyambungnya dengan usus sintetis. Tidak hanya itu, dokter juga membikin celah anus sementara (kolostomi) di dinding perut sebelah kanan.
Utang belum lunas
Nyatanya cobaan kita belum beres hingga di situ. Tiga hari kemudian, dokter menemukan tetap ada tahap usus yang bocor. Mau tidak mau, Hilal wajib kembali naik ke meja operasi dan merelakan sebagian ususnya lagi.
Jelas, aku dan suami sangat ingin Hilal sembuh. Tetapi, di segi lain, penghasilanku sebagai buruh tidaklah seberapa.
Setiap bulan, aku hanya bisa mengangkat pulang uang Rp 250.000 alias Rp 300.000 kalau lembur. Adapun suamiku penghasilannya tidak sempat menentu. Maklum, ia hanyakuli kasar di pabrik tahu di
Bandung.
Sejak Hilal jatuh sakit, aku memutuskan
Usus Hilal bocor dan membusuk hingga wajib dipotong. Rupanya tiap hari Hilal hanya menyantap mi instan sebab di rumah tidak ada orang yang memasakkan makanan untuknya. Berikut cerita Erna.
SILAHKAN BACA DAN JANGAN LUPA BANTU SEBARKAN AGAR ORANG LAIN TAHU!
Saat usia Hilal menginjak 2 tahun, aku memutuskan bekerja, menolong keuangan keluarga mengingat penghasilan suamiku, Saripudin (39), tidak lebih mencukupi keperluan keluarga
Aku bekerja di perusahaan pembuat bulu mata palsu, tidak jauh dari rumah kita di Garut. Setiap pergi kerja, Hilal kutitipkan terhadap ibuku. Di situ, ibuku kerap memberinya mi instan. Bukan salah ibuku, sih, sebab sebelumnya, aku juga suka memberinya makanan itu apabila sedang tidak masak.
Nyatanya, Hilal jadi “tergila-gila” makanan itu. Ia bakal mengamuk dan mogok makan apabila tidak diberi mi instan. Ya, daripada cucunya kelaparan, ibuku akhirnya hanya mengalah dan menuruti kemauan Hilal.
Lagi pula, kalau tidak diberi, Hilal tentu bakal membeli sendiri mi instan di warung dekat rumah dengan uang jajan yang kuberbagi. Praktis, sehari dua kali ia makan mi instan.
Dua kali dipotong
Kamis, 20 November 2008, Hilal mengeluh sakit perut. Kupikir sakit biasa. Anehnya, seusai tiga hari, sakitnya tidak kunjung hilang dan ditambah ia tidak bisa buang air besar. Gara-gara itulah perutnya membesar.
Khawatir, kubawa Hilal ke mantri dekat rumah. Sebab tetap tidak ada perubahan, kita kemudian membawanya ke RSU Dr Slamet, Garut. Nyatanya hasil pemeriksaan dokter lebih menyeramkan dari yang kuduga. Kupikir, lumayan dengan obat pencahar perut, sakit Hilal bisa segera sembuh. Rupanya tidak segampang itu.
Hasil tes darah dan rontgen menunjukan, Hilal wajib segera dioperasi sebab berbagai tahap di ususnya bocor dan membusuk
. Ketika kutanyakan apa penyebabnya, dokter menjawab, dampak dari kandungan makanan yang Hilal konsumsi selagi ini tidak sehat dan membikin ususnya rusak. Saat itulah kutahu Hilal terlalu tidak jarang menyantap mi instan. Astagfirullah….
Atas rujukan dokter, kita kemudian mengangkat Hilal ke RS Hasan Sadikin, Bandung, dengan argumen peralatan medis di RS itu lebih lengkap.
Sejak awal, tim dokter telah pesimistis dengan kondisi Hilal yang begitu memprihatinkan dengan berat badan yang tidak hingga 11 kg. Dokter juga bilang, dari puluhan permasalahan serupa, hanya tiga orang yang bersi kukuh nasib. Aku hanya bisa berserah pada Allah SWT.
Baru pada 25 November 2008 operasi diperbuat di RS Immanuel, Bandung. Saat itu aku sedang hamil tiga bulan. Dokter mengamputasi usus Hilal kurang lebih 10 cm.
Untuk menyatukan tahap usus yang terputus itu, dokter menyambungnya dengan usus sintetis. Tidak hanya itu, dokter juga membikin celah anus sementara (kolostomi) di dinding perut sebelah kanan.
Utang belum lunas
Nyatanya cobaan kita belum beres hingga di situ. Tiga hari kemudian, dokter menemukan tetap ada tahap usus yang bocor. Mau tidak mau, Hilal wajib kembali naik ke meja operasi dan merelakan sebagian ususnya lagi.
Jelas, aku dan suami sangat ingin Hilal sembuh. Tetapi, di segi lain, penghasilanku sebagai buruh tidaklah seberapa.
Setiap bulan, aku hanya bisa mengangkat pulang uang Rp 250.000 alias Rp 300.000 kalau lembur. Adapun suamiku penghasilannya tidak sempat menentu. Maklum, ia hanyakuli kasar di pabrik tahu di
Bandung.
Sejak Hilal jatuh sakit, aku memutuskan
berhenti bekerja. Alhasil, suamiku
wajib banting tulang mengerjakan pekerjaan apa pun asal menghasilkan
uang. Kendati telah bekerja begitu keras, rasanya sia-sia saja. Anggaran
operasi Hilal yang mencapai Rp 16 juta terasa begitu besar dan entah
kapan bisa dilunasi. Apalagi, kita hanya punya waktu 10 hari untuk
melunasinya.
Untung pihak rumah sakit berbaik hati memberi kelonggaran waktu dua hari jadi kita tetap sempat meminjam uang ke berbagai keluarga dan tetangga.
Demi kesembuhan Hilal pula, kita wajib lebih berhemat. Rumah kontrakan kita tinggalkan dan kita menumpang di rumah orangtuaku.
Sebetulnya uang kontrakan rumah itu tidak terlalu besar, hanya Rp 300.000 per tahun, tapi tetap saja uang sebesar itu sangat berarti untuk anggaran pengobatan Hilal.
Kata dokter, kolostomi di perut Hilal telah bisa ditutup seusai tiga bulan. Tetapi, baru seusai delapan bulan kemudian, cocoknya 23 Juli 2009, operasi penutupan diperbuat.
Apalagi kalau bukan persoalan biaya. Itu pun bisa diperbuat sebab kita bisa bantuan dari suatu stasiun televisi swasta sebesar Rp 14 juta.
Soal utang ke keluarga dan tetangga sebesar Rp 16 juta, entah kapan bisa kita bereskan. Kepalaku jadi tambah pening bila mengingat, sebentar lagi si sulung, Panda Erdini (11), bakal masuk SMP.
Sejak ususnya yang basi dipotong, Hilal tidak lagi merasakan sakit dibagian ususnya. Celakanya, rasa sakit justru berpindah ke tahap kolostominya.
Setiap kali habis makan, makanan itu tentu langsung keluar melewati celah anus buatan itu. Saat itulah dinding perutnya merasakan sakit yang menarik. Ia bisa menangis menjerit-jerit kesakitan.
Belum lagi plastik yang menempel untuk menampung feses yang penuh dan wajib diganti dengan yang baru. Double tape yang tidak jarang kali dilepas dan dipasang membikin kulit perutnya iritasi dan perih.
Apabila telah tidak bisa menahan sakitnya, Hilal bakal berujar, “Udah Hilal paeh aja! (Hilal lebih baik mati saja!)” Kadang juga ia berteriak minta maaf terhadap Allah dan minta disembuhkan sambil mengatupkan kedua tangannya. Kasihan anakku.
Setiap hari, selagi delapan bulan itu, ia hanya menghabiskan waktunya di tempat tidur.
Hilal hanya sanggup berlangsung berbagai menit sebab apabila terlalu lama ia tentu langsung merasakan sakit di tahap kolostominya. Setiap malam, ia juga wajib tertidur dengan paha diangkat menyentuh ke perutnya. Katanya, terasa enak dan menolong menahan rasa sakitnya.
Kapok Makan Mi
Supaya ia tidak merasa bosan di kamar seharian, aku mengalihkan rasa sakitnya dengan mengajarinya membaca.
Awalnya, sih, sekadar membacakan buku-buku cerita untuknya, tapi lama-kelamaan ia merasa berminat untuk membaca. Aku dan Panda bergantian mengajarinya. Tidak terasa, saat ini ia telah lancar membaca, lo.
Terbukti, sebetulnya Hilal anak yang sangat pintar dan aktif. Sebelumnya ia tidak sempat sakit dan sangat penurut. Tetapi, sejak kelahiran adiknya dua bulan lalu, Ilham Haki, ia menjadi lebih manja padaku.
Ia melarangku menggendong dan menyusui adiknya. Aku, sih, maklum saja sebab dirinya tetap sakit dan mungkin takut rasa sayangku direbut oleh adiknya.
Sekarang Hilal telah bisa berlangsung lagi. Terbukti, sih, tetap sedikit bongkok, tapi aku yakin dalam waktu dekat ia bisa berdiri dan berlangsung dengan sempurna. Katanya, ia ingin segera sekolah.
Yang membikinku lega, sejak sakit itu, Hilal trauma dengan mi instan. Bahkan menontonnya saja, dirinya seakan tidak sudi.
Beda dengan dulu, kini ia sangat bahagia mengonsumsi makanan sehat, semacam sayur, daging, buah, dan susu. Susu terbukti dianjurkan dokter untuk menolong membenahi kondisi dan kinerja ususnya.
Mudah-mudahan ia bisa segera sembuh dari sakitnya dan menjadi anak yang pintar dan berprestasi di sekolahnya nanti.(cerminan.com)
Untung pihak rumah sakit berbaik hati memberi kelonggaran waktu dua hari jadi kita tetap sempat meminjam uang ke berbagai keluarga dan tetangga.
Demi kesembuhan Hilal pula, kita wajib lebih berhemat. Rumah kontrakan kita tinggalkan dan kita menumpang di rumah orangtuaku.
Sebetulnya uang kontrakan rumah itu tidak terlalu besar, hanya Rp 300.000 per tahun, tapi tetap saja uang sebesar itu sangat berarti untuk anggaran pengobatan Hilal.
Kata dokter, kolostomi di perut Hilal telah bisa ditutup seusai tiga bulan. Tetapi, baru seusai delapan bulan kemudian, cocoknya 23 Juli 2009, operasi penutupan diperbuat.
Apalagi kalau bukan persoalan biaya. Itu pun bisa diperbuat sebab kita bisa bantuan dari suatu stasiun televisi swasta sebesar Rp 14 juta.
Soal utang ke keluarga dan tetangga sebesar Rp 16 juta, entah kapan bisa kita bereskan. Kepalaku jadi tambah pening bila mengingat, sebentar lagi si sulung, Panda Erdini (11), bakal masuk SMP.
Sejak ususnya yang basi dipotong, Hilal tidak lagi merasakan sakit dibagian ususnya. Celakanya, rasa sakit justru berpindah ke tahap kolostominya.
Setiap kali habis makan, makanan itu tentu langsung keluar melewati celah anus buatan itu. Saat itulah dinding perutnya merasakan sakit yang menarik. Ia bisa menangis menjerit-jerit kesakitan.
Belum lagi plastik yang menempel untuk menampung feses yang penuh dan wajib diganti dengan yang baru. Double tape yang tidak jarang kali dilepas dan dipasang membikin kulit perutnya iritasi dan perih.
Apabila telah tidak bisa menahan sakitnya, Hilal bakal berujar, “Udah Hilal paeh aja! (Hilal lebih baik mati saja!)” Kadang juga ia berteriak minta maaf terhadap Allah dan minta disembuhkan sambil mengatupkan kedua tangannya. Kasihan anakku.
Setiap hari, selagi delapan bulan itu, ia hanya menghabiskan waktunya di tempat tidur.
Hilal hanya sanggup berlangsung berbagai menit sebab apabila terlalu lama ia tentu langsung merasakan sakit di tahap kolostominya. Setiap malam, ia juga wajib tertidur dengan paha diangkat menyentuh ke perutnya. Katanya, terasa enak dan menolong menahan rasa sakitnya.
Kapok Makan Mi
Supaya ia tidak merasa bosan di kamar seharian, aku mengalihkan rasa sakitnya dengan mengajarinya membaca.
Awalnya, sih, sekadar membacakan buku-buku cerita untuknya, tapi lama-kelamaan ia merasa berminat untuk membaca. Aku dan Panda bergantian mengajarinya. Tidak terasa, saat ini ia telah lancar membaca, lo.
Terbukti, sebetulnya Hilal anak yang sangat pintar dan aktif. Sebelumnya ia tidak sempat sakit dan sangat penurut. Tetapi, sejak kelahiran adiknya dua bulan lalu, Ilham Haki, ia menjadi lebih manja padaku.
Ia melarangku menggendong dan menyusui adiknya. Aku, sih, maklum saja sebab dirinya tetap sakit dan mungkin takut rasa sayangku direbut oleh adiknya.
Sekarang Hilal telah bisa berlangsung lagi. Terbukti, sih, tetap sedikit bongkok, tapi aku yakin dalam waktu dekat ia bisa berdiri dan berlangsung dengan sempurna. Katanya, ia ingin segera sekolah.
Yang membikinku lega, sejak sakit itu, Hilal trauma dengan mi instan. Bahkan menontonnya saja, dirinya seakan tidak sudi.
Beda dengan dulu, kini ia sangat bahagia mengonsumsi makanan sehat, semacam sayur, daging, buah, dan susu. Susu terbukti dianjurkan dokter untuk menolong membenahi kondisi dan kinerja ususnya.
Mudah-mudahan ia bisa segera sembuh dari sakitnya dan menjadi anak yang pintar dan berprestasi di sekolahnya nanti.(cerminan.com)
web hosting surabaya
cpanel web hosting
beli web hosting
daftar domain
membuat web hosting
jakarta web hosting
wordpress hosting indonesia
indo web hosting
web hosting termurah
hosting indonesia gratis
singapore hosting
sewa web hosting
hosting tangguh
buy hosting
vps hosting indonesia
web hosting indonesia terbaik
web hosting indonesia gratis
web hosting terbaik
hosting web
beli domain dan hosting murah
web hosting murah
beli hosting murah
daftar web hosting
shared hosting murah
web hosting murah unlimited
web hosting indonesia
web hosting terbaik indonesia
hosting murah unlimited
review hosting indonesia
70
Rp 2.03 0.47
web hosting terbaik di indonesia
90
Rp 1.96 0.46
hosting terbaik
1600
Rp 1.91 0.42
sewa hosting murah
30
Rp 1.9 0.79
hosting indonesia terbaik
390
Rp 1.89 0.4
paket hosting murah
40
Rp 1.87 0.96
vps hosting murah
30
Rp 1.85 0.97
jasa web hosting
30
Rp 1.78 0.73
hosting terbaik indonesia
880
Rp 1.77 0.44
web hosting murah indonesia
70
Rp 1.77 0.71
best hosting indonesia
90
Rp 1.7 0.62
hosting murah
5400
Rp 1.7 0.93
domain id
1000
Rp 1.69 0.45
hosting cpanel
110
Rp 1.69 0.61
hosting dan domain
210
Rp 1.66 0.64
hosting free
880
Rp 1.66 0.64
top 10 web hosting indonesia
50
Rp 1.64 0.67
bisnis hosting
50
Rp 1.63 0.43
jual domain murah
210
Rp 1.62 0.89
web hosting gratis
2900
Rp 1.62 0.55
beli domain dan hosting
590
Rp 1.6 0.68
domain hosting indonesia
50
Rp 1.6 0.82
beli hosting
390
Rp 1.58 0.72
bisnis web hosting
20
Rp 1.57 0.73
email hosting indonesia
260
Rp 1.56 0.46
membuat server hosting sendiri
70
Rp 1.52 0.16
free hosting and domain
480
Rp 1.51 0.64
harga domain
880
Rp 1.49 0.51
telkom hosting
90
Rp 1.49 0.1
hosting indonesia murah
90
Rp 1.46 0.88
hosting terbaik di indonesia
210
Rp 1.46 0.5
cara hosting web
480
Rp 1.44 0.38
unlimited hosting
140
Rp 1.44 0.92
biznet hosting
140
Rp 1.42 0.22
unlimited hosting indonesia
50
Rp 1.42 0.88
top hosting indonesia
30
Rp 1.41 0.58
hosting yang bagus
50
Rp 1.4 0.48
asian brain hosting
40
Rp 1.39 0.19
domain dan hosting murah
170
Rp 1.39 0.94
domain hosting murah
320
Rp 1.37 0.63
cara beli domain
320
Rp 1.35 0.48
beli domain murah
880
Rp 1.34 0.72
plasa hosting
260
Rp 1.34 0.15
hosting murah indonesia
jagoan hosting surabaya
jual domain
hosting server indonesia
cara pindah hosting
pasarhosting
sewa domain
webhost
cpanel hosting
hosting murah berkualitas
domain dan hosting
harga hosting
membuat server hosting
daftar hosting
harga hosting dan domain
windows hosting indonesia
jasa hosting terbaik
jasa hosting murah
hosting indonesia
domain paling murah
hosting termurah indonesia
pengertian domain dan hosting
hosting gratis terbaik
domain dan hosting gratis